Bakti Istri: Ibadah tanpa Suara

<p>Oleh: Inayatullah A. Hasyim Pembinan Yayasan Tausiyah Harian Indonesia. Di balik gemerlap dunia yang kerap memuja yang tampak, tersembunyi mutiara amal yang cahayanya memancar ke langit-langit &lsquo;Arsy. Bakti seorang istri, sungguh, adalah permata yang terpendam dalam perhiasan rumah tangga. Ia bukan sekadar pengabdian biasa, melainkan ibadah sunyi yang mengalir deras dalam relung-relung kehidupan sehari-hari, menghidupkan makna sabda Sang Nabi: &ldquo;خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي&rdquo; "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.&rdquo; (HR. At-Tirmidzi, Shahih). Lihatlah teladan Ummu Sulaim radhiyallahu &lsquo;anha, ketika anak kesayangannya wafat, ia menahan pedih, menyiapkan hidangan, berhias, dan menyambut sang suami, Abu Thalhah, dengan wajah teduh. &ldquo;Di mana anak kita?&rdquo; tanya Abu Thalhah. Dengan hikmah ia jawab, &ldquo;Tenanglah, wahai suamiku.&rdquo; Hingga setelah hubungan badan suami-istri barulah ia sampaikan kabar duka. Betapa agungnya baktinya! Ia jaga ketenangan suami, ia rawat perasaannya, baru kemudian mengabarkan takdir Ilahi. Kisah ini bukan sekadar cerita, ia adalah tuntunan. Bakti istri adalah seni menundukkan ego demi mengukuhkan cinta. Ia adalah kepasrahan yang bukan lemah, melainkan kekuatan yang mengalir dari keyakinan. Seperti Fatimah az-Zahra radhiyallahu &lsquo;anha, putri Rasulullah, yang tangannya melepuh menumbuk gandum, punggungnya lecet mengangkut air, namun ia tak mengeluh. Ia pilih menghidupkan sunnah sabar, demi bahagia sang suami, Ali bin Abi Thalib _karramallahu wajhah._ Dalam tafsir zaman ini, Syekh Sayyid Qutb menyeru dalam Fi Zhilalil Qur&rsquo;an: "وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا..." &ldquo;Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya&hellip;&rdquo; (QS. Ar-Rum: 21). "السكينة هنا ليست مجرد راحة الجسد، بل هي طمأنينة الروح، واستقرار القلب، وانشراح النفس في ظلال المودة والرحمة التي جعلها الله بين الزوجين. فبذل الزوجة لزوجها هو بناء لهذا السكن، وحفظ لسرّ الطمأنينة." &ldquo;Ketenangan di sini bukan sekadar istirahatnya jasad, melainkan ketentraman jiwa, kemantapan hati, dan kelapangan dada dalam naungan kasih sayang dan rahmat yang Allah jadikan antara suami istri. Maka bakti seorang istri kepada suaminya3 adalah membangun &lsquo;rumah tenang&rsquo; ini, dan menjaga rahasia ketentraman itu.&rdquo;* Baktinya istri adalah ibadah tanpa pengeras suara. Ia adalah air wudhu sebelum fajar, nasi goreng yang hangat di meja makan, senyuman yang menanti di pintu, doa yang dipendam dalam diam. Ia adalah catatan perjalanan yang hidup dalam dapur dan kamar tidur. Seperti kata seorang tabiin: &ldquo;Amal wanita yang paling utama adalah memintal benang dengan jari-jarinya sambil menahan lisannya dari mengungkit jasa.&rdquo; Di zaman yang gemuruh dengan tuntutan kesetaraan, mari kita ingat: Kesetaraan bukan berarti keseragaman peran. Bakti istri bukan bukti ketertindasan, melainkan puncak kemuliaan jiwa yang memahami rahasia takdir. Ia adalah ketaatan yang tulus, bukan karena kelemahan, tapi karena kekuatan iman yang mengakar. Maka, wahai permata-permata yang terpendam, ketahuilah: Setiap helaan napas sabarmu, setiap tetes keringat usahamu, setiap doa dalam sujudmu untuk suamimu, adalah mutiara di sisi Allah. Kau tak perlu panggung untuk dikenal dunia, karena langit telah mencatat bakti yang kau sembunyikan. Di sanalah, dalam sunyinya pengorbanan, terdengar sayup-sayup bisikan malaikat: &ldquo;Saksikanlah, sungguh ini adalah pejuang-pejuang kebahagiaan yang sejati.&rdquo; Wallahu a&rsquo;lam bish-shawab.</p>

Posted at: 2025-09-10 02:58:54